Oleh : Dwi Fera Wittya Sari, S.KM dan Robiah Gustiani, S.Kep.,Ners
Disabilitas intelektual adalah gangguan perkembangan yang menyebabkan kecerdasan dan kemampuan mental di bawah rata-rata. Anak dengan kondisi ini perlu waktu lebih lama untuk belajar dan melakukan sesuatu secara mandiri sehingga perlu dibantu untuk merawat dirinya sendiri. Disabilitas intelektual umumnya disebabkan oleh gangguan pada perkembangan otak bayi ketika masih di dalam kandungan. Namun, ada juga kondisi saat melahirkan atau pada masa kanak-kanak yang dapat mengganggu otak dan menyebabkan disabilitas intelektual.
Disabilitas intelektual umumnya menyebabkan anak lebih sulit untuk belajar, melakukan penalaran, dan membuat keputusan. Kondisi ini juga biasanya disertai gangguan perilaku, di mana anak kesulitan untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain dan tidak mampu mengurus dirinya secara mandiri.
PENYEBAB DISABILITAS INTELEKTUAL
Pada dasarnya, disabilitas intelektual dapat terjadi akibat gangguan pada fungsi otak. Faktor penyebab gangguan otak ini bisa hadir sebelum atau saat pembuahan, pada masa kehamilan, proses persalinan, maupun masa kanak-kanak. Berikut ini adalah penjelasannya:
Sebelum atau saat pembuahan
Faktor penyebab disabilitas intelektual yang ada sebelum atau saat pembuahan terjadi adalah kelainan pada gen, kelainan kromosom, atau paparan zat berbahaya. Kondisi akibat faktor tersebut yang dapat menyebabkan disabilitas intelektual antara lain:
- Hipotiroidisme kongenital
- Penyakit Tay-Sachs
- Kelainan metabolik, seperti fenilketonuria
- Sindrom Fragile X
- Sindrom down
- Sindrom Prader-Willi
- Paparan alkohol atau asap rokok
- Paparan obat terlarang
Masa Kehamilan
Kondisi yang bisa dialami ibu pada masa kehamilan, seperti yang disebutkan di bawah ini, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya disabilitas intelektual:
- Kekurangan nutrisi (malnutrisi) yang parah
- Infeksi HIV, cytomegalovirus, herpes simplex virus, toxoplasma, rubella, atau virus Zika
- Paparan zat beracun, misalnya timah atau merkuri
- Konsumsi minuman beralkohol (fetal alcohol syndrome)
- Efek samping obat tertentu, contohnya phenytoin, valproat, atau obat-obatan kemoterapi
- Preeklampsia
Proses persalinan
Disabilitas intelektual juga dapat dipicu oleh masalah dalam proses persalinan, di antaranya:
- Kekurangan oksigen (hipoksia) pada ibu
- Plasenta lepas terlalu cepat
- Tali pusar terjepit
- Kelahiran sangat premature
Masa Kanak-Kanak
Disabilitas intelektual juga dapat terjadi akibat gangguan yang terjadi pada masa kanak-kanak, misalnya:
- Infeksi pada otak, seperti meningitis atau ensefalitis
- Infeksi batuk rejan atau campak
- Cedera kepala parah
- Tenggelam
- Riwayat status epileptikus atau epilepsi jenis Lennox-Gastaut
- Gizi buruk
- Tumor otak dan efek samping pengobatannya
- Keracunan zat toksik, seperti merkuri atau timah
- Kekerasan atau pengabaian emosional yang parah
GEJALA DISABILITAS INTELEKTUAL
Disabilitas intelektual dapat menunjukkan gejala yang bervariasi pada setiap anak. Gejala bisa muncul sejak masa balita, atau justru baru tampak ketika anak memasuki usia sekolah.
Beberapa gejala khas disabilitas intelektual meliputi:
- Lebih lambat atau sulit untuk bicara dengan jelas, menggunakan kata, atau membuat kalimat
- Keterlambatan perkembangan motorik, misalnya untuk berguling, duduk, atau berdiri
- Sulit fokus dan mengingat sesuatu
- Tidak mampu bersosialisasi dengan teman sebaya atau orang lain
- Kesulitan dalam mengenakan pakaian, makan, atau buang air kecil sendiri meskipun usianya sudah mencukupi
- Perilaku agresif dan sering tantrum
- Tidak memahami konsep bahaya, uang, maupun peraturan
Beberapa anak dengan disabilitas intelektual juga bisa menunjukkan gejala lain di bawah ini:
- Kelainan bentuk tubuh, misalnya kepala terlalu besar atau terlalu kecil, atau tangan dan kaki tidak terbentuk sempurna
- Kejang berulang kali
- Tubuh sangat lemas (letargi)
- Bau urine yang tidak biasa
- Sulit makan atau sulit naik berat badan
- Gangguan penglihatan atau pendengaran
PENANGANAN DISABILITAS INTELEKTUAL
Penanganan disabilitas intelektual bertujuan untuk membantu anak untuk dapat hidup mandiri sesuai usianya dengan berfokus pada perkembangan perilaku dan keterampilan anak. Pengobatannya pun melibatkan berbagai aspek, mulai dari nutrisi, perkembangan, psikologis, sampai gangguan perilaku anak.
Pada bayi dan balita dengan disabilitas intelektual, penanganan awalnya meliputi:
- Terapi wicara, untuk meningkatkan kemampuan bicara dan komunikasi anak
- Terapi fisik (fisioterapi), untuk meningkatkan kemampuan motorik anak dalam beraktivitas
- Terapi okupasi, untuk melatih anak melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
- Terapi dengan alat bantu khusus, untuk membiasakan anak menggunakan alat bantu yang mereka perlukan, misalnya alat bantu dengar, kursi roda, atau kotak pil untuk menyimpan obat harian mereka
- Terapi nutrisi, untuk meningkatkan kesehatan anak secara umum, terutama pada disabilitas intelektual yang disebabkan oleh kelainan metabolik
Seiring berjalannya waktu, anak dengan disabilitas intelektual akan menghadapi kondisi yang membuatnya harus lebih banyak beradaptasi, misalnya sekolah. Hal ini juga dapat menyebabkannya berisiko mengalami trauma dan gangguan suasana hati. Untuk membantunya menghadapi kondisi tersebut, hal-hal yang bisa dilakukan antara lain:
Program pendidikan atau sekolah khusus yang dapat mengakomodasi dan memodifikasi programnya sesuai dengan kebutuhan anak. Terapi bersama orang tua dan anggota keluarga lain supaya seluruh keluarga mengerti cara untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak Psikoterapi, untuk mendukung anak dengan disabilitas intelektual yang mengalami trauma, seperti PTSD, atau gangguan suasana hati. Pemberian obat psikotik, seperti risperidone atau olanzapine, untuk mengatasi perilaku agresif, kebiasaan menyakiti diri sendiri, atau gangguan suasana hati
PENCEGAHAN DISABILITAS INTELEKTUAL
Beberapa penyebab disabilitas intelektual dapat dicegah, bahkan sebelum merencanakan kehamilan. Upaya pencegahannya antara lain dengan:
- Berkonsultasi ke dokter secara langsung maupun online untuk menjalani tes genetik dan vaksinasi lengkap saat merencanakan kehamilan
- Melakukan pemeriksaan infeksi rubella dan HIV sebelum merencanakan kehamilan
- Memenuhi kebutuhan nutrisi, terutama asam folat, sebelum dan selama trimester awal kehamilan, guna memaksimalkan perkembangan otak janin
- Berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat atau suplemen apa pun saat sedang hamil
- Tidak mengonsumsi minuman beralkohol selama masa kehamilan
- Memeriksakan kehamilan ke dokter sesuai dengan jadwal yang ditentukan
- Menghindari paparan terhadap sumber infeksi toksoplasma, seperti kotoran kucing
- Melengkapi kebutuhan nutrisi dan berhati-hati saat memilih makanan yang bisa menjadi sumber zat toksik, misalnya merkuri pada ikan
- Memastikan anak mengenakan alat pelindung diri saat berolahraga atau bepergian guna mencegah cedera kepala
Sumber : https://www.alodokter.com/disabilitas-intelektual